Ada yang bertanya mengapa Kecedasan Seksual atau Sexual
Intelligence (SI) sangat berhubungan dengan perilaku seksual atau mempengaruhi pola perilaku seksual? Apakah IQ, pendidikan
budi pekerti, agama dan semua ilmu pengetahuan yang pernah diajarkan itu belum
cukup?
Saya Bara Susanto, lovolog dan pakar SI, mencoba untuk menjelaskan
hal ini dalam buku Sexual Intelligence – Basic for Relationship Goals. Buku ini
saya tulis berdasarkan riset panjang selama 9 tahun tentang “Pengaruh Perilaku Seks,
Seksual dan Seksualitas Dalam Pencapaian Semua Tujuan Hidup Manusia”. Terakhir saya
melakukan riset ini di Kuta - Bali selama 3 tahun (2014 – 2017).
Bahwa IQ tidak berhubungan dengan perilaku seksual. Tinggi
rendahnya IQ juga tidak berhubungan dengan baik-buruknya perilaku seksual.
Begitu pula SI yang tidak berhubungan dengan IQ. Karena SI dan IQ memiliki
wilayah aktivitas dan goals masing-masing
yang berbeda. Sehingga, kebijaksanaan itu akan tercipta jika memperlakukan
segala sesuatu sesuai dengan kecerdasannya.
Baca
juga:
Buku Sexual Intelligence – Basic
For Relationship Goals
Ternyata Inilah Tujuan Dari Sexual Intelligence
Ternyata Inilah Tujuan Dari Sexual Intelligence
Buku Sexual Intelligence – Basic for Relationship Goals
merupakan sebuah pemahaman baru dalam melewati takdir manusia untuk hidup
berpasang-pasangan. Jika Anda sudah membacanya, secara kognitif, saya ingin
memberikan gambaran tentang SI dari sisi ilmu pengetahuan dan hubungan sebab-akibatnya
dalam kehidupan sehari-hari. Saya juga membandingkan keunggulan kecerdasan
seksual dengan “naluri” yang selama ini diandalkan dalam percintaan.
Buku SI inilah yang kemudian bisa menjawab, mengapa
percintaan bisa begitu mempengaruhi semua aspek kehidupan manusia. Mengapa
manusia selalu gagal dalam percintaan dan mengapa manusia tidak pernah berhasil
menyelesaikan masalah percintannnya. Dasar permasalahannya ternyata ada pada
idiom “cinta itu buta” yang selalu dijadikan kambing hitam dalam percintaan.
Idiom “cinta itu buta” sebenarnya menggambarkan kejujuran manusia yang masih
saja tidak mengerti tentang panduan hidup berpasang-pasangan. Sehingga ketidakmengertian
ini ditunjukan melalui berbagai perilaku seksual yang salah.
Untuk itulah, dalam aspek afektif, saya ingin kita semua
menjadi “melek cinta” melalui metode pembelajaran yang bisa membangun SI.
Karena untuk membangun kesadaran seksual dengan baik perlu ilmu dan metode yang
sesuai. Kesadaran seksual yang baru ini terbangun kemudian akan berpengaruh
pada pola perilaku selanjutnya. Terlebih jika memahami hubungan sebab-akibat
dari perilaku seksualnya.
Perubahan aspek behavioral dengan perubahan pola perilaku
seksual yang berdasarkan kecerdasan inilah yang menjadi tujuan akhir dari buku
Sexual Intelligence – Basic for Relationship. Bahwa perilaku seksual yang
didasarkan SI ternyata sangat berbeda dengan perilaku seksual yang hanya
didasarkan dengan naluri.
Cinta itu juga tidak buta seperti sebelumnya, karena
percintaan menjadi aktivitas yang terang benderang. Tidak ada kata “just do it”
dalam SI, karena setiap perilaku dilakukan dengan batasan, arah dan tujuan yang
jelas. Sehingga percintaan menjadi jauh lebih mudah, nyaman, aman dan memuaskan
dengan sebisa mungkin menghindari potensi masalah sebelum masalah itu terjadi.
Inilah yang dimaksud dengan SI atau kecerdasan seksual.
sebuah kecerdasan yang tepat dalam percintaan untuk bisa memahami, melakukan
dan menyelesaikan berbagai hal yang berhubungan dengan seks, seksual dan
seksualitas dengan baik. Sehingga bisa membentuk pola perilaku yang sama
baiknya dengan pemahamnnya.
Hidup ini sudah sulit, jadi jangan dipersulit dengan perilaku
seksual yang berpotensi masalah dikemudian hari. Karena seks, seksual dan
seksualitas memiliki kenikmatan yang harus dipertanggung jawabkan.
Baca juga: